3

Sebuah Monolog di Cabang Peraduan


Sebuah monolog dari seseorang berinisial A (yaitu Arini Nadia) yang sedang menemukan sebuah persimpangan baru dimana dia harus terus melaju. Lalu datanglah satu malaikat sayap kanan, berinisial P (Sebut saja dia Pia Zakiyah :D) yang setia berkomentar terhadap peluh yang bercucur deras yang dikeluarkan A. Dan hadir pula, wanita berinisial L (yaitu Lala Malasari) yang menyaksikan keadaan janggal tersebut dengan memasukkan intermezzo bernada asa hati. Inilah mereka dengan pikirannya yang berguman di saat kelas Foundation of Translating berlangsung..

Hari Rabu, pagi hari.

A : Cinta yang sekarang sudah lama terpendam dan terlalu dalam mungkin akan berbekas jika saya buang.

P : Inilah yang disebut konsekuensi cinta.

L : I used to say his name.

A : Bukannya saya menyerah, tapi saya pasrah.

P : Berikanlah sesuatu berdasarkan alasan terhadap keputusan Tuhan, bukan hanya berdasarkan atas apa yang kita inginkan. Di sanalah terletak titik ikhlas.

A : Teman saya pernah berkata, "Kenapa dia tidak mencintai saya?" Saya tersenyum. Saya juga ingin bertanya seperti itu. Tapi saya sudah tahu jawabannya. Karena dia telah mencintai orang lain.

L : Kelopak mata atas kiri ujung saya kedutan terus.

P : Terkadang konsep panah asmara benar-benar menyakitkan. Sekali tertancap, sakitnya bertahan meskipun sudah tercabut. Ada lubang menganga. Mencoba mencintai yang lain memang bukan hal mudah, tetapi ada aturan pasti, proses perlu dinikmati.

@ariedagienkz "Instan itu tidak selamanya baik, tetapi proses itu tidak ada yang mudah."

A : Dalam semua proses tentu terdapat berbagai macam rasa. Tentu akan sempurna jika berakhir indah, sesuai yang diinginkan. Tapi sekali lagi, Bukan kita yang menentukan akhir itu.

P : Tetapi kita berperan penting untuk mencerahkan akhir itu, seperti seorang pemain drama yang mana skenarionya bukanlah kita yang menentukan. Tetapi bagaimana kita menyerap pesan-pesan yang perlu disampaikan. Jadi, tetaplah tersenyum.

A : Saya pasti akan terus tersenyum. Senyum sedikit banyak menghapus duka saya. Jika saya tidak pernah tersenyum setelah ini, bisa anda bayangkan betapa dahsyatnya cinta ini menghancurkan saya?

P : Dengan begitulah D'Masiv terinspirasi, dan lahirlah sebuah lagu yang berjudul "Cinta Ini Membunuhku". Jangan biarkan ia mendahului langkahmu meraih bahagia. #apaini

A : Saya sakit karena cinta ini. Cinta kepada dia. Tapi saya tidak pernah menyalahkan cinta, dia atau siapapun. Karena ini memang takdir saya, jalan hidup saya.

P : Kamu tahu apa yang bisa kamu lakukan, jangan sampai mencoba menghindarinya.

A : Jalan hidup saya memang seperti ini. Terkadang lurus, terkadang menanjak dan berliku. Tapi saya yakin ini seperti sebuah pendakian ke sebuah puncak gunung tertinggi. pengorbanan untuk sebuah pemandangan yang indah.

L : I've tried to say goodbye many times. Tried to erase every single thing of him. Tried to think that he's the one to be blamed, although I don't blame him, in fact. But the worst thing is, I never could say no, when he's coming back even for foolish thing.

P : Begitulah para manusia ini berbicara dengan perasaan. Seakan-akan hanya dia yang pernah merasakan hal tersebut. Kamu tidak sendiri. Semua orang pasti memiliki siklusnya masing-masing. Maka, jalani dan nikmatilah sampai masa itu tiba. Hanya waktu yang berbicara. Dan bagaimana kita setia mendengarnya.

Melihat panah, melesat di udara. Untuk mereka yang berani menancapkannya. Karena cinta bukan untuk mereka yang hanya ingin bahagia, tetapi bersedia dengan tanggungan resikonya.



White Sugar dengan sesuatu menyalip pikirannya.

3 lost people:

Ocky Fajzar mengatakan...

nice article :D hehe aku setuju dengan kutipan "Instan itu tidak selamanya baik, tetapi proses itu tidak ada yang mudah." :)

dansapar mengatakan...

si A itu ada temannya lho
*lirik diri sendiri*
hahahhaa

Unknown mengatakan...

ocky :

jadi lebih baik kita nikmati saja prosesnya :) betul betul?

a dansapar :

hey, saatnya menjemput kebahagiaan!

Back to Top