0

Si Gadis dan Percakapan Tukang Angkot

17.25 wib

langit telah menunjukkan tanda-tanda menuju senja. Gadis yg membawa tas berisi baju-bajunya itu tengah berada di dalam angkot cicaheum-ciroyom yang masih saja menunggu penumpangnya. Sepertinya supir angkot itu sudah lelah. Tapi dia masih saja meneruskan teriakannya. "royom.. Dago..Royom.. Dago.. Royom... Dago..Ciroyom..Ciroyom.." . Sedangkan di pinggir angkot itu ada sebuah angkot cicaheum-ledeng yg hampir penuh tetapi sama---masih berkutat dengan teriakannya---. Uhh, mending naek angkot yg sebelumnya deh, pikir gadis itu.

Masih berada di dalam angkutan kota itu. Sang supir yang berada persis terhalang satu anak muda di sebelah kanannya memanggil kawannya dan bertanya,
"kumaha maneh uy budak? Daptar ulang sabaraha smp teh?"
"500rebu, ah sakola teh ongkoh gratis tapi geuningan mayar keneh," jawab kawannya sambil meminum air teh cup.
"ah teuing budak urang ge da geuning rek asup smp komo leuwih mahal. Teu sakitu. Naha asa mararahal nya?" sang supir masih mengajak ngobrol sambil melihat ke arah calon penumpang yg ada di depan angkotnya
"ah teuing, apanan kamari ge urang ngadenge komo kuliah cenah mayarna gede pisan. Pan eta geuning penumpang nu kamari ge ka ITB lin? Ah da nu sakitu lobana asup ITB da nu jadi guru mah ngan 5." terlihat rekan supir yg berada di luar angkot itu melemparkan cup dari teh rasa buah itu kemana saja.
"mun carana kitu mah budak teh teu kudu sakola kitu? Meuni mangpuluhpuluh juta rek sakola teh."
"rieut ah, tapi da urang ge embung budak urang sarua jadi tukang angkot mah"
"heu-euh, baelah. Sakolakeun we heula,"


itulah percakapan tentang supir angkot yg akan menyekolahkan anak-anak mereka. Sang gadis tak habis pikir. Awalnya ia merasa kesal dengan keadaan yang menyelimuti kehidupan tukang angkot itu. Tetapi ia senang, karena kedua tukang angkot itu masih memperdulikan nasib pendidikan kedua anaknya. Apa jadinya kalau mereka tak peduli? Anaknya yg tak berdosa tak dapat menikmati kejamnya dunia pendidikan, guru killer dan tugas yg menumpuk (hehe). --Eh salah-- mereka tak dapat menikmati indahnya ilmu pengetahuan yg akan mereka raih. Ckckck

sementara kedua tangan gadis itu masih sibuk dengan handphonenya, tak terasa angkot sudah melaju. Langit sudah lebih gelap dari semula. Dan satu pemuda disampingnya, yg berada diantara gadis itu dan supir angkot, ikut sibuk melirikkan mata ke arah layar handphone si gadis. Mungkin dia ingin tau apa yg si gadis ketik di notes handphonenya, atau mungkin hanya sekedar penasaran mengapa si gadis terlalu sibuk sendiri a.K.A autis dan tidak berhenti membuat jarinya menari diantara keypad handphone yg berada di atas pahanya.

Oranye, warna langitnya sekarang. Oranye gelap. Dan tanpa sadar angkot berwarna hijau plat oranye itu sudah sampai di dipati ukur. Tiba-tiba Sang gadis menyadari, bahwa dia tak pernah naik angkot jurusan itu sendirian di saat hampir petang. Sendirian? Apa tidak salah? Ramai-ramai pun belum pernah. Semoga sang gadis sampai di tujuan.

oke teman-teman. Itulah sekilas perjalanan si gadis di sore hari. Tentunya kalian menyadari akan pentingnya arti sebuah pendidikan yg si gadis itu ingin sampaikan. Kita yg diberi kesempatan untuk mendapatkan ilmu terkadang malas untuk menjalaninya. Sedangkan yg lain? Untuk makan saja susah. Untuk sekolah apalagi. Mungkin cerita seperti ini sudah basi di dalam kehidupan kita, tetapi, bagi mereka yg merasa down dan tak termotivasi, masihkah ada alasan mengapa pendidikannya disiasiakan?

eh by the way, ongkos dari caheum ka RSHS teh berapa sih? 3ribu kurang ga?

0 lost people:

Back to Top