Changing Mood

Sayang, aku sudah pernah berbicara denganmu perihal hal ini. Hal yang bisa membuat mood-ku berubah. Apakah kau ingat? Sedikit aku ujarkan....


Aku rindu kamu, kamu tahu itu. Karena saking merindumu... bahkan tak jarang aku meneteskan air mata untuk sesuatu yang bahkan tingkat kesedihannya pun di bawah rata-rata. You know I'm very sensitive. Untuk hal yang membahagiakan pun aku menangis. Hal yang lucu? Aku menangis... Mungkin kantung mataku dibuat oleh PDAM. Mudah sekali mengalirkan air mata...


Atau ini adalah hujan? Yang mungkin dialihkan oleh seorang pawang di suatu tempat yang tidak menemukan tempat lain untuk pengalihan air hujan... Hey, ini ilusi rupanya.


Kembali lagi, dengan rindu. Aku merindumu, namun bukan berarti aku siap menerima kabarmu di setiap waktu. Awal mula aku beri tanda agar kau mengerti. Aku pun ingin bercakap lama denganmu. Namun mood-ku sudah terlanjur berputar arah. Aku bisa multitasking, tapi ku kira kamu mengerti bahwa ini adalah hari-hari yang sulit dalam proses perkuliahanku. Jika kamu menyemangatiku untuk belajar dengan sungguh-sungguh, mengapa tidak langsung saja kamu memintaku?


Kabarmu tidak menggangguku, tentu tidak. Karena aku sangat menunggunya. Senang aku mendengar suaramu, namun mengapa kamu lupa bahwa aku adalah orang yang memiliki tingkat kegengsian yang tinggi untuk mengakui sesuatu? Tadi aku berharap kamu akan menanyakan dan mengajak berbicara untuk hal-hal yang belum kita perbincangkan... tapi ternyata kamu terus mengulang. I've told you in the texts that I sent..


Back to Top